Adiksi Mencari "The One" yang Gak Kunjung Ketemu: Apakah Itu Kamu?

Ted Mosby yang akhirnya bertemu The One setelah sembilan season lamanya

Romantisme era posmodern ini membingungkan, karena pengaruhnya banyak sekali; ada yang dipengaruhi dari film, hubungan orang lain, hashtag #couplegoals di Instagram, banyak deh. Masing-masing dari pengaruh ini punya originalitas cerita tentang mengapa mereka bisa ketemu dan kemudian hidup bahagia selamanya, biasanya ceritanya keren dan indah. Ternyata di antara cerita indah yang dibagikan, ada beberapa pendengar yang nggak chill serta bertekad kuat. Itu adalah mereka yang mencari The One demi memiliki cerita indah ini.

Banyak orang-orang di sekitar gue keranjingan mencari-cari pasangan yang nantinya bakal dia berikan predikat 'The One'. Gimana caranya?

Ada yang pake aplikasi pencari jodoh dan keranjingan swipe left swipe right

Ada yang coba kenalan dengan orang baru dan langsung buat manuver

Ada juga yang coba kembali ke yang lama dan memastikan apakah hubungannya bisa bekerja sekarang

Banyak caranya. Ada yang menyadari, ada juga yang enggak, ada juga yang menolak dibilang adiksi soalnya takut dibilang 'bucin'. I can't say that it has a name but that quite explaining a lot. 

Apakah mereka yakin itu jodohnya? Engga. Apakah mereka siap untuk menghadapi rintangan percintaan di depannya? Entahlah.

*******

Gue ngobrol sama temen gue yang melakukan pencarian ini dan menyadarinya, sebut aja namanya Jeje. Jeje punya temen (Sebut aja Z) yang unduh aplikasi chat yang biasa dipake bule-bule luar. Z kebetulan menemukan bule seumuran dia yang good-looking banget, enak diajak ngobrol, dan yang pasti orang beneran. Z ngobrol dan bahkan videocall terus-terusan bareng si bule ini sepanjang bulan, sampai pada akhirnya Z menguak identitas si bule bahwa ternyata bule ini adalah artis di negaranya yang instagramnya udah centang biru. Wow gachanya bagus sekali.

Jeje yang melihat nasib indah Z mau mencoba peruntungan percintaannya, dengan cara yang sama dan aplikasi yang sama. Dia mencari-cari bule ganteng yang "mungkin" bisa deket dengannya. Bagaimana nasibnya sejauh ini? All she got was fake accounts, dick pics, and horny creeps. Berceritalah dia ke gue, menyebut dirinya pathetic. Gue sebagai temen kan kasian dan hanya bisa menertawakan memberi pukpuk saja.

Tapi Jeje temen gue ini adalah yang beruntung, karena dia tahu dan sadar akan perbuatannya. Banyak sekali di luar sana yang tidak menyadari, seakan ini sebuah tren yang normal. Setelah gue memperhatikan orang-orang ini, sepertinya mereka punya satu kesamaan; ingin mengisi rasa manis yang dulu ada.

Menurut gue pun mencari kebahagiaan untuk mengisi ruang yang kosong adalah sikap manusia yang sangat natural, namun prosesnya tidak senatural itu ternyata. Faktanya, banyak sekali perasaan sintetis yang dibuat seakan nyata oleh pikirannya sendiri.

Para pemburu The One adalah orang yang mudah sekali menjual kata cinta, namun juga mudah sekali terjual kepada kondisi. Mereka adalah orang yang akan berusaha membangun momen dimana kata cinta yang mudah keluar itu jadi lebih fancy untuk dikeluarkan, sehingga terkesan lebih megah. A+ for the effort tho. 

Mereka adalah orang yang berfikir secuil gestur calon pasangannya adalah respon positif yang akan ia artikan sedemikian rupa. Lalu konsepsinya terhadap gestur tersebut akan ia patri di otaknya dan dijadikan sugesti bahwa calonnya ini juga tertarik dengannya.

Apapun yang mereka lakukan, semuanya sudah dibuat seindah mungkin agar (harapannya) cerita indah ini bisa ia ceritakan di masa depan ke anak cucu mereka. Walau sayang dalam pembangunan cerita itu, banyak sekali perasaan yang harus dipalsukan.

*******
Hal seperti ini bikin gue inget sama Ted Mosby, karakter How I Met Your Mother yang adalah pencari The One paling termasyhur. Kalau lo nonton, 8 season HIMYM adalah cerita Ted Mosby berusaha keras mencari The One-nya, yang akhirnya bertemu di season 9 tanpa ia mencari-cari seperti 8 season sebelumnya. Tau-tau takdir bikin mereka ketemu di peron kereta, dan ternyata seberapa dekat mereka dengan satu sama lain selama ini. 

Menurut gue cinta emang kerjanya begitu; tau-tau muncul dalam kondisi yang lo gak bakal expect. Ceritanya kayak gimana, megah atau enggak, biar ruang dan waktu yang membentuk. Gak perlu campur tangan otak manusia kayak bikin skenario film, toh mencintai & dicintai juga gak banyak pake otak. Sebelum lo mengetahuinya, cerita yang lo gak apa-apain, yang tadinya sangat sederhana, tiba-tiba sangat indah buat diceritain. Love crafts the rest of your story because that's how it works.

Jadi buat temen-temenku, sahabat-sahabatku yang masih mencari sang The One; istirahatkan diri kalian dari pencarian itu. Kalian layak menerima cerita sederhana namun murni, bukan cerita ala-ala romcom yang lucu tapi harus melepas kemurniannya. Diingat juga, bahwa cerita cinta gak mungkin semuanya sama. Jangan mencoba-coba membuat skenario ala-ala La La Land atau The Notebook. Kalo salah dikit, adanya cerita cinta kalian malah jadi kayak serial You.

Berhenti liat umur, liat penghasilan, ngitung-ngitung masa depan. Hal-hal seperti itu bukan soal matematika yang bisa dikerjain pake kalkulator terus beres. Ada proses-proses yang tidak dapat dihitung. Nikmati tiap momen yang kamu punya, karena dunia udah merencanakan semua yang indah buat kalian. Cukup mereka yang merencanakan, kalian gak usah.

Yang terakhir, usaha tuh boleh, tapi jangan terlalu memaksa. Kalau seseorang gak melakukan sesuatu seperti yang kalian lakukan untuknya, atau seenggaknya berusaha untuk nyenengin kamu juga, ya berarti dia bukan orang yang tepat. Bedakanlah terminologi like you back dengan I'm just being nice. Jangan buang-buang waktu ke orang yang salah.

In other words, don't be so desperate!

Comments

  1. Serius deh ini kesimpulanku, sesuatu yg akan indah pada waktunya www

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts