Kenapa Orang Berumur Perempat Abad Susah Banget Memilih?

pixabay.com

Sebagai anak yang jelang menginjak seperempat abad dengan segudang passion, gue menemukan diri gue di ambang pilihan yang akan menentukan kehidupan gue untuk (minimal) 1-2 dekade ke depan:

1. Apakah gue harus terus berkecimpung di dunia kreatif; bekerja di dunia ini membawa passion menulis, berkutat dengan membuat konten kreatif, dan mungkin membuka gerbang untuk keinginan gue jadi songwriter dengan 0 pengetahuan. Atau,
2. Apakah gue harus ambil langkah jauh ke dunia politik dan hubungan internasional; bekerja membawa passion gue dalam penelitian, sesuai dengan latar belakang dan level pendidikan gue, punya pemasukan dan karir yang jauh lebih sustain, dan menyerahkan mimpi gue sebagai songwriter, tapi membuka cita-cita gue untuk menjadi stakeholder

Dua passion berseberangan inilah yang gue geluti setiap harinya, terpapar mereka berdua sebagai pekerjaan dan perkuliahan. Semakin gue terpapar keduanya, semakin gue gak mau meninggalkan salah satunya. Karena ya... this is what I'm living for. 

Gak cuma gue, banyak banget dari kita semua yang harus memilih sesuatu yang bakal berdampak 180° sama kehidupan kita. Apalagi orang-orang yang satu generasi sama gue. Tenang, lo gak sendiri kok...

Masalahnya, hal ini sudah menjadi masalah. Karena walau pilihan ini gak muncul secara langsung kayak ujian pilihan ganda yang kudu sit-in, pilihan ini bakal pelan-pelan menghantui lo sampe lo bener-bener muak dan gak ngerti lagi harus apa. Karena pilihan ini datangnya gak cuma sendiri, dia membawa teman-teman annoying-nya juga...

Pertama, pilihan ini membawa lo ke gejala "membandingkan diri dengan orang seumuran lo". Lo pelan-pelan bakal melihat temen-temen lo yang kelihatannya lebih sukses, or at least established. Kemudian lo bakal bandingin apa yang dia lakukan sampe dia bisa hidup seenak itu tapi lo gak bisa. Dan pada suatu titik lo menemukan diri lo membandingkan diri sendiri sama orang yang levelnya udah gak masuk akal untuk lo bandingkan.

Kedua, pilihan juga membawa lo ke gejala "meragukan apa yang lo lakukan". Di sini lo mulai merasa bahwa usaha lo cuma buang-buang waktu, toh orang yang usahanya dan pengorbanannya gak kaya lo bisa lebih sukses sekarang. Lo sudah gak bisa menikmati sesuatu yang lo suka seperti dahulu lo melakukannya. Lo ngerasa pekerjaan lo salah terus karena membuat lo terjepit di situ-situ aja kayak hamster di rodanya. Capeknya doang tapi gak ke mana-mana.

Ketiga, yaitu gejala yang menurut gue paling toxic, yaitu menyimpan rasa denial dan gak menerima kondisi lo dan kesuksesan orang lain. Lo bakal melihat orang yang lebih sukses dengan mencari kekurangannya. Biasanya dialog-dialog hati seperti:
"ah dia kan bisa sukses kaya gitu karena orang tuanya kaya..."
"ah dia bisa sukses kan karena linknya banyak"
"dia boleh sukses, tapi dia gak sepinter/sebaik/seramah/sesabar gue"
...akan terus muncul karena jiwa lo itu haus akan pengakuan. Kalau sudah seperti itu, lo bakal semakin menolak dan mempertanyakan apa yang sebenarnya salah sama lo. Segala pertanyaan ke diri sendiri datang, yang intinya cuma satu:

"why am I not enough?"

Dan pada akhirnya, lo jadi racun paling berbahaya buat diri lo sendiri, karena lo memperlakukan diri lo selayaknya pacar di hubungan abusif. Apa cuma lo yang merasakan hal ini sendirian?

***
Gue gak belajar psikologi,  tapi gue tahu satu teori dari Donald Super tentang developmental self-concept. Di teorinya, dia menggambarkan suatu konsep yang dia sebut sebagai life rainbow, kira-kira seperti ini:
www.careers.govt.nz
Coba dari gambar itu lo liat kelompok umur lo berapa. Gue sendiri berumur 23 tahun, dimana gue masih berada dalam tahap exploration, mungkin sebagian besar dari kalian juga di kelompok yang sama seperti gue.

Mengutip dari teorinya, tahap eksplorasi adalah tahap dimana awalnya lo belajar tentang oportunitas baru, mengidentifikasi hal-hal baru untuk dikerjakan, dan menemukan apa fokus lo yang sebenarnya. Memasuki umur 25, lo akan memasuki tahap establishment, dimana lo memulai hidup baru dengan fokus yang sudah lo pilih.

Kalau lo merasa kesulitan karena sedang dihadapkan pilihan, yang bikin lo stres, muak, dan bahkan rasanya mau mati aja, (gue benci harus bilang ini) tenang, itu adalah hal yang wajar dan lo gak sendiri.

Dalam tahap eksplorasi lo bisa ngerasain apa aja; bisa jadi lo dihadapkan pilihan seperti gue, bisa jadi lo bingung sama kerjaan lo, atau lo bingung sama keuangan lo. Semuanya sama, lo sedang mencari jalan yang benar untuk hidup lo. Dan itu sangat wajar bila lo sayang sama masa depan lo.

Tapi ya teori tetaplah teori, sebagai orang beraliran agak pos-positivis, gue yakin teori gak valid untuk semua kejadian. Lo bisa aja di umur 28 dan masih bingung mau kerja apaan, atau mungkin lo berumur 20 tahunan dan sudah berkeluarga. Tapi seenggaknya teori ini bisa menggambarkan untuk kalian-kalian jiwa yang gelisah dan bingung sebenarnya kalian kenapa.

Sesungguhnya, gue pun tau kalo gue bilang wajar itu lantas permasalahan perempat abad kalian bakal ilang. Idup ga segampang itu ye gak? Tapi berdasarkan dari pengalaman diri sendiri, ada hal-hal yang membantu gue melewati kesulitan ini.

Gue memilih mendengar dan tidak lagi meminta didengarkan. Gue selalu mau tau sesuatu, sehingga gue sengaja mendekatkan diri gue ke orang-orang dan menggali cerita mereka. Saat lo mendengarkan mereka, lo bakal tergelitik tentang segala cerita-cerita mereka dan punya beragam perspektif dari cerita orang-orang untuk mengaplikasikannya ke diri lo. Gue bahkan mendengar orang yang gue kagumi justru iri sama gue karena ngeliat gue sebagai orang sukses. Perspektif menggelitik, namun introspektif...

Gue juga berdiskusi sama orang yang sedang di tahap yang sama seperti gue. Ini juga bakal jadi hal yang lucu karena lo bisa mengetahui betapa lo sebegitu relatable-nya sama orang. Bisa itu sahabat lo, saudara, temen, siapapun yang lo lihat kayaknya sedang melewati masa sulit. Kadang lo itu gak butuh motivasi semacam success story, terkadang yang lo butuhin itu mungkin trying story. Karena setidaknya lo tahu lo gak merasakan itu sendiri

Gue kembali ke hobi gue! Ini buat gue sangat membantu terutama buat lo pekerja 9-5 yang butuh tempat pelarian untuk melepaskan penat. Apapun kesukaan lo, menulis, gambar, dansa, makeup, nyanyi, otomotif, apapun! baiknya lo beri waktu untuk melakukan setidaknya seminggu sekali. Lo bakal bilang awalnya "ah gue gak punya waktu lagi untuk hobi gue" sebenernya itu karena lo males aja dan takut aja. Sesibuk-sibuknya lo, beri diri lo waktu untuk venting ke kegiatan yang lo suka. Hobi lo sendiri bisa memberi lo keyakinan untuk pilihan lo nantinya.

Gue bukan expert, gue cuma orang yang suka nulis dan gue mau berbagi sama kalian karena gue tau banyak banget yang ngerasain hal ini. Penting untuk lo tahu juga bahwa hidup itu bukan balapan, tapi penting juga untuk lo menyayangi jiwa lo juga agar dia bisa berpikir ke mana seharusnya pilihan lo berlabuh. Good luck, everyone :)

Comments

  1. Hahaha ngga sengaja nemu ini blog lewat news feed FB dan ini cukup relatable bgt buat gw.

    Gw skrg 25 taun dan masi nganggur kurang lebih 3 tahunan gara2 hal yang (mungkin) sama persis, karir di international security atau fashion ? which one that i enjoy the most ?.

    Pada awalnya cuma galau lucu2an tapi lama kelamaan gw nyemplung ke tahap procrastination yang sangat akut yg berujung pada stress dan depresi. Terlebih lagi gw berada dalam keluarga yg bisa dibilang well-established, sehingga procrastination itu makin menjadi2 karena gw sendiri gapunya masalah dengan keuangan. Setelah itu masuklah gw dalam period2 gelap dimana gw udah mulai takut ketemu temen2 gw yang udah pada kerja, mau mulai tpi merasa ngga worth it, depresi ngga ngapa2in sampe akhirnya gw iseng2 beli buku di periplus tulisan Debbie Hampton yang judulnya "Beat Depression and Anxiety by Changing Your Brain" karena jujur aja gw takut ke psikiatris gitu2 haha.

    Dari buku itu gw belajar tentang bagaimana cara kita mengubah chemical2 dalam otak kita untuk mengontrol mood,dll dan belajar tentang self-worth dalam diri kita. Dan secara ngga sadar self-worth inilah yang ternyata banyak mulai hilang di society kita ini. Banyak orang ngerasa dirinya ngga worth it atau mungkin hina sehingga mereka lebih memilih ngga ngapa2in dan akhirnya stuck2 disitu aja. Kenapa ?

    Alasan terbesar yang mungkin ngga disadari adalah social media, secara ngga langsung scroll2 IG orang akan berakibat buruk karena kita secara ngga sadar kita udah ngebanding2in diri kita sama orang lain (mungkin temen, influencer, dll) dan abis itu lo pasti kepikirak kayak "waaah, ni orang asik banget hidupnya ininya itunya" sambil scroll lanjut ampe pagi. Belom lagi ada penelitian bahwa social media dapat meningkatkan standar dopamine (brain chemical) yang berujung pada addiction. Jeleknya peningkatan standar tersebut adalah ketika lo ngga megang socmed sama sekali, lo nya jadi gelisah dan bad mood. Meski ngga sedikit juga orang yang malah termotivasi untuk lebih produktif setelah membanding2kan dirinya dengan orang lain, tapi point terpentingnya bukan dsitu.

    Self-worth akan tumbuh dalam diri kita ketika kita puas dengan keadaan yang kita punya sekarang dan lagi kita bisa research tentang gimana cara kita nge-boost serotonin (brain chemical) dalam otak kita untuk meningkatkan self-worth kita. Ego, greed, ambition adalah hal2 yang bisa nurunin tingkat self-worth kita. Pernah ngga denger quotes2 kayak "stay hungry, never be pleased" ato apalah itu. Mnurut gw itu overrated bgt karena bisa ngebuat kita ngga bersyukur yang berujung pada stress berlebih. Contoh aja Korsel, negara dengan pertumbuhan ekonomi plg cepet sedunia tp berbanding lurus tingkat bunuh diri plg tinggi se OCED. Dan dsini gw juga bukan nyuruh org buat diem aja dan bersyukur, mungkin nanti bisa gw jelasin lg.

    Nah, setelah luluh lantak dan melakukan research, baca2 buku itu gw akhirnya bisa menemukan self worth itu dan bangkit lg, ini udh bulan ke 3 nyari kerja wakaka. (buat org sepele, buat gw ini hal besar). Sebenernya apasih yg gw lakukan buat nemuin self-worth gw dan apa hubungannya sama nyari pendirian dalam pekerjaan dll ?



    ReplyDelete
  2. 1. Love Yourself - disini mencintai diri sendiri bukan berarti gamau nerima orang lain atau gmn, tapi lebih menjaga kesehatan tubuh. hal2 kyk tidur teratur, olahraga teratur, jaga makanan itu penting buat ningkatin mood lo dalam sehari2, dan bahkan bisa ngubah pola pikir lo. Mungkin emg terdengar klise tp percayalah ini smua ada penjelasan ilmiahnya and it works wonder for me. Klo mau tau lebih lanjut bisa research tentang thyroid - pineal gland -serotonin - dopamine- amygdala for emotions and how to boost them. Setelah lo jalani ini baru lo bisa mulai content dengan diri lo sendiri yang berujung pada self-worth acknowledgement.

    Satu lagi,adalah pentingnya untuk latihan berfikir positif. Karena berfikir positif ngga semudah itu. What i did and still do is sitting on the chair after wake up for 10 minutes and contemplating about positive things that happened to me yesterday even if it's only a small bit. Kinda similar with medication tapi banyak cara2 lain yg bisa diresearch.

    Lagipula bagaimana kita mau mencintai org lain klo kita belom bisa mencintai diri sendiri. #oot

    2. Love the Process - pernah denger quotes "If you do what you love, you'll never work a day in your life". yaa ini lagi2 mnurut gw qoutes yang sangat overrated. Karena secinta2 apapun lo sama industri pekerjaan lo, sejalan sama hobi, passion atau apapun itu - PASTI akan ada aspek yang lo ngga suka(kekurangan) dari hal tersebut. Belom lagi ketika hobi sudah berubah jadi tanggung jawab, semua hal mnurut gw akan menjadi stressful jika lo ngga mencintai prosesnya itu sendiri. Apapun yang lo suka pada suatu saat akan menemukan titik jenuh dan hal yang mungkin bisa membuat lo stay adalah rasa tanggung jawab itu sendiri. Hidup tanpa tanggung jawab = kosong. Bersyukurlah anda punya tanggung jawab.

    Jadi apapun pekerjaannya, kalo bisa kita mencintai segala prosesnya. Bagaimana cara mencintai prosesnya ? bukan dari hati tp dari kedisiplinan.

    Buat gw ini hal yg muncul secara berangsur2 dengan kedisiplinan dalam bekerja dan hidup. Contoh aja, banyak juga kan orang2 yg ngga kerja sesuai passion tapi bisa super sukses. Itulah power dr kedisiplinan, karena pada akhirnya lo benar2 bisa menghargai apa yg lo kerjakan (appreciate the craftmanship of your own works).

    Jujur aja, hal ini yg membuat gw terus produktif & positif meskipun belom dapet kerja wkwk. Dan gw orgnya jadi lebih "go with the flow" dengan memperbanyak kemungkinan dalam karir karena bisa bikin gw jadi lebih penasaran tentang jalan hidup gw kedepannya (in a good way).

    Intinya apapun pekerjaannya kebahagiaan ttp datang dari diri sendiri kok. So be content about it.

    3. Im out of socmed (cringeworthy, but it works wonder for me) karena hal2 yg gw jelasin diatas tadi. Karena ngga smua org bisa tahan dengan socmed addiction dan gw salah satu dari org tersebut. Dan takutnya lagi muncul lagi pemikiran untuk banding2in hidup gw ma org lain, karena hal tersebut MUNCUL dalam unsconciousness (secara tidak sadar). Masi main FB sih itu juga cuma buat mantau Forum Jual Beli salah satu game online wkwk.

    BTW, moon maap ya jadi ngetik panjang. Tulisannya bagus dan relatable bgt buat gw, bawaannya jadi pengen curhat deh hahahaha.

    GOODLUCK with your endeavours and i hope you'll be settle enough as soon as possible :-)

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts